Social Icons

Tuesday, June 13, 2023

Jangan Anggap Remeh Bullying

Oleh : Dwi Laelasari

bullying

"Cucuku di sekolah dibully, celananya diplorotin temannya, sekarang anaknya tidak mau sekolah" tutur seorang nenek kepada para tetangganya yang sedang berkumpul.

"Walah Mbah, kan sudah biasa to kaya gitu, namanya juga anak-anak, paling ya bercanda. Dulu jaman kita kecil kan biasa bercanda seperti itu" komentar salah seorang tetangga merespon penuturan sang nenek.

---

Situasi diatas nyata terjadi dan memang masih banyak orang disekitar kita yang menganggap lumrah atas suatu tindakan yang sebenarnya mengarah kepada bullying dan menganggapnya hanya sekedar bercanda.

Bagaimana pendapat Ayah Bunda tentang situasi di atas?

Sebenarnya apa sih bullying itu?

Kita mulai dari segi istilah, Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. (kemenpppa.go.id)

Bagaimana bentuk-bentuk bullying?

Eka Wardana seorang penulis dan pemerhati anak dalam kulwap tentang bullying menyebutkan ada beberapa macam bentuk bullying yaitu :

  1. Bullying fisik. Bullying yang dilakukan secara dan terhadap fisik. Contohnya adalah menendang, memukul, mendorong dan lain-lain.
  2. Bullying verbal. Bullying yang dilakukan secara verbal seperti menghina, menuduh, mengejek, menggosipkan seseorang dan lain-lain.
  3. Bullying Non verbal / sosial. Bullying yang dilakukan melalui hubungan sosial seperti mengucilkan, memandang sinis, mengirimkan surat ancaman dan lain-lain.
  4. Bullying Siber. Bullying yang dilakukan di media sosial, seperti menjelekkan melalui postingan, merekam dan menyebarkan video buruk dan lain-lain.
Baik jaman dulu maupun sekarang, semua hal yang mengarah pada menyakiti orang lain termasuk bullying. Hanya saja zaman dulu informasi tentang bullying masih sangat terbatas, tidak seperti sekarang yang sudah banyak informasi bahkan edukasi tentang bullying.

Apakah bullying  berbahaya?

Tentu saja, bullying sangat berbahaya. Tidak hanya bagi korban, melainkan juga bagi pelaku dan bahkan saksi (yang melihat pembullyian). 

Menurut Eka Wardana, tindakan bullying sangat berbahaya dan memunculkan multiple efek yaitu:

  1. Efek pada korban bullyingbiasanya korban akan mengalami depresi dan kecemasan, perasaan kesepian dan sendirian, terganggunya pola tidur dan pola makan, kehilangan minat pada kegiatan yang biasanya disukai, keluhan kesehatan, penurunan prestasi akademis dan efek ini bisa berlanjut hingga masa dewasa.
  2. Efek pada pelaku bullying, Pelaku bullying beresiko menjadi pecandu (alkohol atau narkoba) di masa depan, sering terlibat perkelahian, drop out dari sekolah, cenderung bersikap kasar, bertindak kriminal dan pergaulan bebas.
  3. Efek pada saksi bullying, Saksi cenderung menjadi perokok atau pecandu (alkohol atau narkoba) di masa depan, mengalami penurunan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dan cenderung putus sekolah.

Bullying tidak hanya terjadi pada anak-anak yang lemah tapi bisa terjadi pada anak-anak yang populer bahkan juara kelas. Maka kita harus selalu waspada dan menyiapkan anak-anak agar tidak menjadi korban, pelaku maupun saksi pembullyian.

Bagaimana cara agar tidak terjadi bullying di sekitar kita?

  1. Tanamkan nilai agama dan moral (akhlak). Agama menjadi landasan utama dalam kehidupan. Kuatkan mental anak dengan keyakinannya pada Allah SWT, bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dan Maha Kuat kecuali Allah. Tanamkan nilai moral / akhlak dengan membacakan kisah Rasulullah , kisah orang-orang besar yang bisa anak teladani. Sehingga didalam diri anak sudah terbentuk mental dengan landasan keimanan. 
  2. Bangun komunikasi positif dengan anak. Komunikasi positif antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun rasa percaya diri. Biasakan ngobrol bareng dengan anak tentang segala hal, terlebih saat anak sudah sekolah, maka sangat penting orangtua mengetahui apa yang dirasakan dan dialami anak selama di sekolah. Saat anak terbuka dengan orangtua, maka anak bisa mengutarakan apapun yang dia alami, sehingga tidak melampiaskannya ke orang lain. Dan ketika ada tanda-tanda yang mengarah kepada bullying , orangtua bisa segera mengantisipasinya.
  3. Ajarkan anak untuk menyelesaikan masalah dengan damai, bukan dengan kekerasan. Berbekal komunikasi positif dengan anak, ajaklah anak untuk sering berdiskusi dan belajar menyelesaikan masalah, misalnya dengan bermain project problem solving. Bahwa semua masalah bisa diselesaikan dengan damai, tanpa kekerasan. Apabila anak mendapati tanda-tanda tindakan bullying , maka anak akan bisa lebih tenang dan bisa melakukan pencegahan sebelum terjadinya bullying.
  4. Kuatkan fisik anak deangan ajak berolahraga. Anak yang kuat secara fisik akan lebih percaya diri dan bisa melawan apabila menghadapi ancaman bullying.
  5. Ciptakan budaya aman. Dimanapun dan kapanpun selalu ciptakan budaya aman dan bisa dibuat peraturan atau hukuman saat ada pelanggaran.
Bullying menjadi PR bersama kita semua, baik orangtua, sekolah maupun masyarakat punya tanggungjawab untuk mencegah bullying. Edukasi tentang bullying dan bahayanya harus benar-benar digalakkan agar tidak ada lagi yang menganggap remeh bullying. Agar tidak ada lagi yang berkomentar "itu kan cuma bercanda" atas segala jenis tindakan bullying.

Jangan sekali-kali menganggap remeh bullying, karena sungguh efek dan dampaknya tidak remeh.

No comments:

Post a Comment