Social Icons

Wednesday, June 10, 2015

Konsep Home Education dan Selayang Pandang Konsep Aqil Baligh

Banyak yang bertanya bagaimana caranya mengenalkan shalat pada anak? Shalat itu di awali dengan gerakan. Gerakan hati dengan niat dan gerakan fisik, maka dari usia 0-7tahun, ajak anak belajar gerakan dengan benar.
Dalam Home Education uswah hasanah kita adalah Rasulullah saw.  Sebagai umat Islam perkuat dulu bagaimana pola pendidikan anak ala Rasulullah, Sehingga pola pendidikan lain itu tidak membingungkan kita dan hanya sebagai referensi saja. Perbedaan yang signifikan antara pendidikan iIslam dan non Islam adalah pada titik landasan dasarnya yaitu mengamalkan Al Quran dan Al Hadits , sehingga pemaknaan nilai ibadahnya menjadi sangat tinggi. (prophetic parenting)
Nanti jika kita memahami Home Education berbasis potensi dan akhlaq, materi pendidikan ala sekolah saat ini menjadi salah satu bagian materi pelengkap bukan materi utama. Karena Home Education  berbasis potensi dan akhlaq kita akan mengantarkan anak-anak menjadi insan kamil melampaui akil baligh dengan sempurna. Sehingga ketika ingin mengajarkan anak calistung itu dasarnya bukan atas dasar nilai disekolah, melainkan agar anak mampu membaca dirinya, mampu membaca alam, mampu membaca ayat  Allah, bisa berlaku adil, dan lain-lain.
Demikian juga dengan kata larangan penggunaan kata jangan, tidak ada hubungannya dengan konsep Islam atau tidak.
Allah dan Rasul mengajarkan kalimat perintah secara proposional
“iqra” bacalah, bukan jangan malas membaca.
“walatarabbuzina” jangan dekati zina, bukan dengan berhubunganlah dengan yang halal.
Kita lihat disini adalah gunakan komunikasi produktif ke anak.
Di dalam pendidikan Islam itu, pembagian anak adalah pre akil baligh dan baligh.
Pre akil baligh – akil baligh – setelah akil baligh
Maka anak-anak perlu di stimulus dengan benar, tidak ada batasan kapan mulainya.
Karena sejatinya semua anak terlahir sebagai pembelajar sejati.
Yang  perlu dipersiapkan justru pengemban amanahnya. Agar tidak merusak fitrah yang sudah dibawa sejak lahir. Ada 4 hal yang harus dijaga, yaitu :
  1. Intellectual curiousity
  2. Creative imagination
  3. Art of discovery and invention
  4. Noble attitude
Jadi sebagai contoh, jika ada kasus perlu atau tidaknya anak diajarkan calistung atau penggunaan kata “jangan” , kembalikan saja ke 4 tujuan pendidikan tadi.
Apakah dengan menstimulus calistung ke 4 hal diatas bertambah atau tidak ?
Apakah dengan berkata “jangan” dan “tidak berkata jangan” membuat 4 hal diatas bertambah atau tidak ?
Dalam Al Quran ada 6236 ayat, kata jangan tersebar di 368 ayat di Al Quran, itu berarti ada 5868 ayat yang tidak memiliki kata jangan. Artinya kata jangan tidak sampai 6% ada di ayat-ayat Al Quran. Kebanyakannya adalah dirikanlah shalat, bukan “jangan” tinggalkan shalat. Penuhilah janji… bukan jangan ingkari janji.
Artinya disini kita harus faham bahwa selama masa pre akil baligh salah satu hal yang perlu ditanamkan adalah iman, bahasa iman itu hitam putih, harus tegas. Kalau dilarang dalam syar’i dan wajib dengan jangan, harus tetap kita pakai. Misalkan : janganlah kamu menyembah selain Allah (2:83)
Tetapi kalau urusan sehari-hari yang berkaitan dengan kreativitas anak, terlalu banyak melarang “jangan ini” “jangan itu” serba “jangan” justru mematikan kreativitas anak.
Prinsip kreativitas anak : “semua BOLEH kecuali yang TIDAK BOLEH.”
Jadi untuk mempersiapkan anak menuju akil baligh prioritas ilmu yang kita berikan adalah di urusan iman, akhlaq, adab dan bicara. Sedangkan ilmu-ilmu calistung, fisika, kimia, bahasa dan lain-lain adalah ilmu pendukung untuk kuatnya iman, akhlaq, adab dan bicara. Jangan sampai “gagal fokus”, Apabila gagal fokus, kita akan memiliki anak-anak yang baligh (secara fisik) tapi tidak akil (matang secara psikis, sosial dan syar’i).
Salam Home Education
Cahyo Prianto

No comments:

Post a Comment