Banyak yang setuju bahwa mendidik
anak harus sesuai dengan fitrah anak anaknya, namun banyak juga yang
bertanya bagaimana wujud pendidikan berbasis Fitrah dalam keseharian
mendidik anak anak.
Pendidikan berbasis fitrah sesungguhnya
sangat sederhana. Kita hanya mengupayakan proses yang sealamiah mungkin
sesuai fitrah atau kodrat Allah dan menjalaninya sesuai sunnatullah
tahap perkembangan manusia.
Selebihnya adalah menyerahkan semua
keputusan akhir di tangan Allah SWT, memohon kemudahan dan kekuatan
lahir bathin dengan memperbanyak mendekat kepada Allah SWT agar
diberikan Qoulan Sadida, yaitu lisan, fikiran, perasaan dan tindakan
yang bermakna dan berbobot dalam mendidik.
Jika fitrah adalah
jalan sukses, sunnatullah adalah cara sukses, maka doa doa kita adalah
kunci sukses bagi anak anak kita di dunia dan di akhirat.
Dalam
keseharian pendidikan ini, kita lebih banyak menemani anak anak kita
menyadarkan dan membangkitkan semua potensi fitrahnya dengan sebaik
baiknya, baik fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dan
diinteraksikan dengan potensi dan realita yang ada di sekitarnya
Ya menemani! Sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan
merendahkan tubuh dan sayapnya, sebagaimana para petani menemani
tanamannya. Syukur atas potensi dan shabar atas proses.
Caranya?
Ya tentu bisa dengan memanfaatkan moment dan bisa juga dengan merancang
program yang khas untuk tiap anak sesuai tahap perkembangannya
(personalized education) yang dituangkan dalam #bukuortu.
Tujuan akhirnya adalah agar fitrah anak anak kita tumbuh paripurna
sehingga memiliki peran peradaban spesifik atas fitrah bakatnya, memilki
kemampuan inovasi memakmurkan bumi atas fitrah belajarnya dan memiliki
akhlak mulia dan kemampuan memikul beban syariah atas potensi fitrah
keimanannya.
Itu semua sebaiknya tepat dicapai ketika anak anak kita menjadi pemuda atau aqilbaligh ketika berusia sekitar usia 15-16 tahun.
Mari kita bahas satu demi satu, "scope of work" di atas.
Pertama, mengapa menemani bukan mengatur atau mengendalikan?
Ketahuilah bahwa prinsip pendidikan berbasis fitrah adalah berangkat
dari keyakinan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Maka wajib
hukumnya meyakini bahwa potensi potensi baik telah terinstal dalam diri
anak anak kita sejak lahir bahkan sebelumnya.
Semua riset
tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi
mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya
hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan
berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.
Maka bekal
pertama dan utama dalam mendidik bukanlah segepok kurikulum baku dan
kaku, tetapi adalah keyakinan dan kebersyukuran, ketenangan dan
keoptimisan bahwa setiap anak adalah memiliki potensi fitrah yang baik
dan ditakdirkan menjadi baik. Hanya orangtua dan lingkungan yang
gegabahlah yang banyak merusak dan merubah serta menyimpangkan fitrah
anak anak kita.
Kedua, mengapa membangkitkan dan menyadarkan bukan merekayasa dan mengajarkan?
Keyakinan dan kebersyukuran kita pada fitrah sebagaimana pada bagian
pertama di atas, membuat kita menyadari bahwa mendidik bukan banyak
menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya atau OutSide In.
Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri atau InsideOut.
Misalnya bagi kita, lebih penting membuat anak bergairah belajar dan
bernalar daripada menguasai banyak pelajaran, lebih penting membuat
mereka cinta alQuran dan buku daripada menggegas bisa membaca dan
menghafalnya.
Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka
mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya, mendalami dan
mengamalkan alQuran secara mandiri sepanjang hidupnya, mengembangkan
bakat sampai menjadi peran secara mandiri sepanjang hidupnya.
Fitrah keimanan dibangkitkan bukan dengan menjejalkan pengetahuan agama
tetapi dengan keteladanan dan atmosfir mencintai perbuatan shalih.
Fitrah belajar dibangkitkan bukan dengan banyak mengajar tetapi dengan
idea menantang dan inspirasi seru. Fitrah bakat dibangkitkan bukan
dengan menstandarkan output dan cita cita tetapi memperbanyak wawasan
dan aktifitas yang sesuai sifat dan keunikan anak anak kita. Semuanya
akan indah jika tumbuh sesuai fitrahnya dan hadir pada saatnya.
Anak anak yang banyak diajarkan akan minta diajarkan terus sepanjang
hidupnya, anak anak yang banyak didikte dan dikendalikan akan merepotkan
orangtua dan sekitarnya sepanjang hidupnya, anak anak yang tidak
menjadi dirinya karena obsesi orangtuanya akan tidak punya peran apapun
sepanjang hidupnya.
Ketiga, mengapa memanfaatkan momen lebih baik daripada mengatur secara sistematis?
Momen adalah bagian penting dari pendidikan fitrah karena semakin alamiah dan "seamless" (tidak nampak) maka semakin baik.
Sesungguhnya Allah SWT lah pendidik terbaik manusia, Dengan karunia
Allah SWT, setiap saat, setiap hari, kita ditakdirkan selalu menjumpai
momen-momen seru dalam kehidupan yang kita bisa menggali hikmahnya
bersama anak anak kita. Banyak momen "tak sengaja" kemudian jika diamati
akan menjadi minat dan keseriusan anak.
Memanfaatkan momen,
menggali hikmah yang banyak dari peritiwa keseharian dimana anak anak
sangat "curious" akan memberikan kesan mendalam, menginspirasi ayat ayat
Kitabullah yang relevan dan melahirkan idea seru menantang untuk
didalami dan melahirkan karya manfaat di kemudian hari.
Keempat,
selain momen tentu kita boleh membuat program atau proyek yang dirancang
bersama anak sesuai keunikan masing masing anak dan masing masing
keluarga.
Ada kalanya kita memerlukan proses mendidik yang
berbatas waktu, anggaran tertentu, scope tertentu dll agar dapat
dievaluasi segera baik portfolio karya, kinerja juga moral sekaligus
menggali bakat serta minat anak.
Kita bisa merancang proyek dari
yang paling sederhana misalnya proyek membersihkan kamar mandi, proyek
go green di rumah, sampai kepada yang menengah dan rumit seperti proyek
berkebun dan beternak, proyek fieldtrip ke luar kota, proyek dagang dan
magang bersama maestro, proyek ekspedisi, proyek sosial dll.
Dengan begitu, anak anak akan terbuka wawasan dan kita bisa menempatkan anak pada jabatan di proyek sesuai bakatnya dsbnya.
Kelima, mengapa program harus khas untuk tiap anak?
Tentu karena tiap anak itu unik dan khas, "very special limited
edition". Ingatlah bahwa, perlakuan yang sama belum tentu direspon sama
oleh kakak dan adik. Sampai kapanpun kakak tidak mungkin menjadi adik
dan adik tidak akan pernah menjadi kakak.
Karenanya setiap
program yang dibuat semestinya relevan dengan keunikan anak dan keunikan
keluarga di rumah, jika memungkinkan juga relevan dengan keunikan
lokal, sosial dan alam setempat. Para orangtua sebaiknya memiliki
kemampuan membuat portfolio dan program. Kami menyebutnya #bukuortu.
Keenam, mengapa harus sesuai tahap perkembangan?
Tahapan ini kami menyebutnya fitrah perkembangan atau sunnatulah
pertumbuhan manusia. Ini sangat penting dan tidak boleh gegabah
ditabrak,
ibarat menanam tumbuhan maka harus sesuai tahapan dan
keperluan tumbuhan. Terlalu banyak air dan nutrisi bisa membuat akar
membusuk, salah menempatkan akar pada lahan yang sesuai juga akan
membuat gagal berbuah begitupula kelembaban dan temperatur harus sesuai
untuk tiap tahap.
Kami membaginya menjadi 0-2 tahun, 2-7 tahun,
7-10 tahun, 10-14 tahun dan di atas 15 tahun . Tiap tahap untuk tiap
fitrah memiliki fokus dan metode berbeda. Ini semua telah tuangkan dalam
framework pendidikan berbasis fitrah.
Ketujuh, lalu apakah tujuan akhir dari proses pendidikan berbasis fitrah ini?
Tujuan umumnya adalah memastikan bahwa fitrah anak anak kita "right on
place" dan tumbuh subur selama mereka menjalani pendidikan.
Tujuan akhir dari proses pendidikan berbasis fitrah adalah agar fitrah
anak anak kita berbunga dan berbuah indah, sehingga mampu memikul beban
syariah, mampu inovasi melestarikan dan memakmurkan bumu serta memiliki
peran peradaban spesifik, tepat ketika mereka memasuki usia aqilbaligh
di usia 14-16 tahun.
Kemampuan memikul beban syariah bukan hanya
kemampuan menjalankan ibadah shalat dan shaum dengan baik, tetapi juga,
khsusnya untuk anak lelaki adalah kemampuan membayar zakat, memberi
nafkah dan berjihad.
Anak anak yang telah eksis, memiliki peran
peradaban yang jelas, bergairah belajar dan bernalar, selalu
berkeinginan menebar rahmat dan manfaat bagi sekitarnya dengan karya dan
akhlaknya, maka akan jauh dari berbagai penyimpangan dan perbuatan
mubazir yang tidak perlu.
Inilah pentingnya aqil dan baligh dicapai bersamaan oleh proses pendidikan Islam atau pendidikan berbasis fitrah dan akhlak.
Kesimpulannya adalah...
Setelah itu tercapai maka selesailah tugas kita mendidik fitrah anak
anak kita, maka tuntaslah amanah merawat dan membangkitkan fitrah
mereka.
Itu karena ketika aqilbaligh, anak anak kita telah
menjadi pemuda "tulen" yang memiliki peran peradaban yang spesifik yang
menebar rahmat dan manfaat atas fitrah bakatnya, memiliki kemampuan
inovasi yang membuat bumi semakin hijau dan damai atas fitrah belajar
dan nalarnya, memiliki akhlak mulia yang mencerahkan dan menyelesaikan
problematika ummatnya atas fitrah keimanannya,
Maka catatlah baik
baik bahwa setelah pendidikan fitrah mencapai tujuannya maka kita bisa
wafat dengan tenang dan tidak meninggalkan generasi lemah di belakang
kita.
Maka ingatlah bahwa jangan pernah tinggalkan generasi yang
tahu banyak agama namun miskin karya solutif bagi ummat, banyak
aktifitas namun tidak punya peran peradaban spesifik yang bermanfaat,
banyak ilmu namun berhenti belajar dan sepi inovasi yang membuat manusia
makin sejahtera.
Cuma ada satu jalan, kembalilah kepada fitrah,
lalu hadapkanlah wajahmu kepada ajaran yang lurus, kembalilah kepada
pendidikan fitrah agar peradaban manusia kembali menjadi indah penuh
manfaat dan rahmat.
Salam Pendidikan Peradaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar