Teknologi dan anak-anak masa kini rasanya sudah tidak terpisahkan. Tetapi masih sangat banyak orangtua yang bingung mesti bagaimana menghadapi persoalan ini, khususnya “berapa banyak waktu yang diperbolehkan bagi anak-anak untuk menggunakan ponsel, tab, komputer dan video game.” Banyak pula yang terus bertanya-tanya, “berapa umur yang tepat sebelum anak diberi ponsel?”
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan baru yang dua-tiga generasi sebelumnya tidak pernah muncul. Saya sendiri adalah orangtua dari "generasi pertama digital;” ya anak-anak saya yang kini berumur pertengahan 20-an dibesarkan dalam zaman di mana Internet sudah merambah hampir tiap aspek kehidupan mereka. Dan kalau Anda berumur 30-an, tentu Anda adalah orangtua yang mesti mempertimbangkan hal-hal ini. Anda adalah orangtua yang mesti membuat aturan dan batasan-batasan tentang “waktu berselancar di Internet” ini. (Saya pribadi kurang sepakat dengan istilah “dunia maya,” karena sebagian besar yang ada di Internet tetaplah kenyataan.)
Setiap kali menghadapi kenyataan kehidupan yang baru — seperti bersimaharajelanya Internet — saya selalu bersandar pada prinsip-prinsip parenting yang telah bertahan dari generasi ke generasi, bahkan yang telah bertahan sejak zaman purba. Salah satu prinsip fundamental menjadi orangtua adalah: keteraturan. Prinsip lainnya adalah “kebutuhan dasar semua anak di dunia adalah bermain bebas." (BUKAN bebas bermain). Bermain dengan riang di luar atau di dalam rumah; bermain dengan pikiran yang bebas; bermain dengan raga yang bebas bergerak; bermain dengan perasaan bebas; bermain dengan fantasi yang bebas.
Ya, bermain bebas termasuk salah satu perkembangan fundamental bagi anak-anak — berarti juga bagi Anda dan saya. Maka, sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak mendapat BANYAK waktu untuk sekadar bermain. Nah, dengan mengontrol jumlah waktu mereka di depan layar televisi, layar komputer, layar hape, maka kita telah memberi mereka kesempatan luar biasa untuk bermain bebas.
Tetapi bagaimana jika karena kebiasaan yang sudah terbangun saat ini, mereka malah kebingungan ketika tanpa hape dan tanpa televisi? Bagaimana kalau mereka tidak tahu harus bermain apa? (Gejala ini menunjukkan bahwa anak-anak ini sudah kehilangan fantasi, inisiatif, inovasi, dan kreativitas yang sesungguhnya merupakan ciri pokok anak-anak). Bagaimana kalau anak-anak memberontak, marah, tantrum? Anak-anak selalu merengek meminta tambahan waktu menonton teve atau bermain video game. Nah, bagaimana cara Anda mengatur “waktu bertatapan dengan layar kaca” ini tanpa menimbulkan rasa frustrasi dan tantrum?
Mari kembali ke prinsip dasar parenting yang tadi sudah saya sebutkan: keteraturan. Maksudnya? Jadikan aktivitas “menonton teve, bermain video games, memakai tab dan ber-hape” itu bagian rutinitas harian.
Hlo koq, malah dijadikan bagian rutinitas sih? Ya, dengan menjadikan teknologi sebagai bagian rutinitas harian, Anda secara langsung sudah mengontrol kapan dan berapa lama memakai teknologi itu. Sebagai contoh, bagi anak balita, boleh menonton satu acara teve di pagi hari dan satu acara teve di sore hari, dan televisi mati sama sekali di sisa waktu lainya. Tiap satu acara teve anak-anak biasanya makan waktu 30-45 menit. Anda boleh menambahkan acara menonton teve (film panjang anak-anak) bersama-sama seluruh anggota keluarga pada hari Jumat sore menjelang malam, misalnya. Tetapi cukup sudah itu saja jika Anda keluarga muda dengan anak balita.
Bagaimana dengan pemakaian tablet? Saya juga selalu menyarankan kepada para klien saya untuk membolehkan anak-anaknya memakai tablet dua kali sehari pada pagi dan siang hari yang masing-masing 15-20 menit. Mereka baru boleh bermain dengan tablet atau hape setelah semua tugas-tugas kerumahtanggaan mereka selesai dikerjakan (membereskan mainan, meletakkan pakaian di keranjang pakaian kotor, menaruh piring dan gelas di tempat cuci piring, meletakkan tas sekolah di meja belajar, sudah sikat gigi, dll). Anda bisa mengatur dua kali memakai smartphone atau tablet itu misalnya sekali setelah makan siang atau sebelum tidur siang. Bagaimana dengan sisa waktu lainnya? Ya, tablet mesti dimatikan atau dikembalikan kepada Bunda atau Ayah.
Ada orangtua yang memilih melarang hape, tablet dan teve selama Senin sampai Jumat dan membebaskannya pada hari Sabtu dan Minggu. Saya tidak menyarankan metoda seperti ini karena itu bukan keteraturan. Biasanya, cara ini hanya akan menghasilkan pertempuran hebat pada Minggu malam. Tetap lebih baik rutin dari Senin sampai Minggu, tetapi dengan jadwal dan batasan yang jelas.
Teknologi bukan musuh. Teknologi sangat membantu mereka berkembang; asal orangtua tahu bagaimana memanfaatkannya. Orangtua juga mesti membatasi pemakaian “Google.” Anak-anak yang terlelu sering dan terlalu cepat pergi ke “Google” akan memiliki pola pikir yang berbeda dengan mereka yang berusaha mencari dari buku, menjelajah lingkungan sekitar, mengamati perilaku masyarakat, dan baru kemudian memeriksa silang dengan hasil dari Google.
Bila anak-anak memiliki jadwal yang jelas untuk menonton teve dan bermain tablet, mereka malah kurang mungkin untuk kecanduan. Mereka biasanya malah tidak merengek-rengek untuk meminta waktu tambahan. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa dunia nyata di uar sana juga sama asyiknya, bahkan seringkali lebih asyik.
( Dr. DonoBaswardono, Psych, Graph, AISEC, LMFT, MA, Ph.D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar